Wednesday, February 29, 2012

Etiologi Anemia Defisiensi Besi


Terjadinya anemia defisiensi besi sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diet yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.
Penurunan cadangan zat besi biasanya dijumpai pada bayi dan remaja dimana merupakan masa terbanyak penggunan zat besi untuk pertumbuhan. Neonatal yang lahir dari perempuan dengan defisiensi besi jarang sekali anemia tetapi memang memiliki cadangan zat besi yang rendah.

Tuesday, February 28, 2012

Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Anemia defisiensi Fe adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi.

Sunday, February 26, 2012

Peranan Zat Besi (Fe)


Zat besi (Fe) terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50mg/kg berat badan. Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe esensial, dan 30% merupakan Fe yang nonesensial.

Thursday, February 16, 2012

Klasifikasi dan Etiologi Anemia Aplastik


               Klasifikasi Anemia Aplastik
Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :
A.    Klasifikasi menurut kausa2 :
1.      Idiopatik : bila kausanya tidak diketahui; ditemukan pada kira-kira 50% kasus.
2.      Sekunder : bila kausanya diketahui.
3.      Konstitusional : adanya kelainan DNA yang dapat diturunkan, misalnya anemia Fanconi
B.     Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis  (lihat tabel 1).

Wednesday, February 15, 2012

Leukemia Limfositik Kronis


Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria.
Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. Hal ini bisa menyebabkan :

Wednesday, February 8, 2012

Anemia Aplastik


Anemia aplastik merupakan suatu pansitopenia pada hiposelularitas sum-sum tulang. Anemia aplastik didapat (Acquired qplastic anemia) berbeda dengan iatrogenic marrow aplasia, hiposelularitas sum-sum setelah chemotherapy sitotoksik intensif. Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fancani genetic dan dyskeratosis congenital, dan sering berkaitan dengan anomaly fisik khas dan perkembangan pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda, dapat pula berupa kegagalan sum-sum pada orang dewasa yang terlihat normal. 

Monday, February 6, 2012

Leukemia Mielositik Kronis


Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal.
Penyakit ini bisa mengenai semua kelompok umur, baik pria maupun wanita; tetapi jarang ditemukan pada anak-anak berumur kurang dari 10 tahun. Sebagian besar granulosit leukemik dihasilkan di dalam sumsum tulang, tetapi beberapa diantaranya dibuat di limpa dan hati.

Thursday, February 2, 2012

Leukemia Limfositik Akut


Leukimia limfositik akut merupakan suatu kelainan sistem dari sel-sel prekursor dan sel-sel induk limfoid stadium dini. Untuk diagnosis dan pembatasan terhadap leukimia limfositik akut sangat diperlukan pemeriksaan morfologi dan sitokimia. Berlainan dengan leukimia mielositik akut, fenotifikasi secara imunologi penting untuk pengelompokan LLA.