Tuesday, July 14, 2009

Pemeriksaan Kanker Serviks

   Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:

• IVA
   IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

• Pap smear
   Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.

• Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.

• Kolposkopi
   Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi
   Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim menggunakan suatu alat yang disebut kolposkop, yaitu suatu alat semacam mikroskop binokular yang memperguakan sinar yang kuat dengan perbesaran yang tinggi. , dimana cara pemeriksaannya sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan ke dalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. kemudian dokter akan melihat ke dalam saluran leher rahim melalui kolposkop. . Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

• PCR (Polymerase Chain Reaction)
   Pemeriksaan menggunakan PCR merupakan pemeriksaan lanjutan setelah dilakukannya pemeriksaan awal (seperti pap smear atau kolposkopi) dengan menggunakan sampel cairan atau apusan serviks dari pemeriksaan awal. Teknologi ini menggunakan teknologi replikasi DNA organisme secara enzimatik tanpa menggunakan organisme hidup. Karena sifatnya yang mampu mereplikasi DNA, maka DNA dari suatu organisme mampu terdeteksi walaupun keberadaannya sangat sedikit di dalam tubuh – dalam hal ini keberadaan HPV di serviks. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe HPV apa yang menginfeksi serviks. Pada umumnya, infeksi HPV penyebab kanker serviks awalnya tidak memberikan tanda-tanda apapun pada serviks yang diinfeksinya. Jika, pada saat dilakukan pemeriksaan awal, serviks tidak menandakan adanya gejala, namun pasien ingin memastikan kesehatan serviksnya lebih lanjut, maka dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan PCR. Karena infeksi awal oleh HPV belum tentu menunjukkan gejala yang mampu dilihat oleh pemeriksaan awal.

• Hybrid Capture ® 2
   Teknologi Hybrid Capture II System atau HC II merupakan teknologi terbaru dibidang molekuler yang mampu mendeteksi kemungkinan seseorang mengalami kanker rahim. Teknologi ini menggunakan teknologi hibridisasi asam nukleat dengan amplifikasi sinyal yang menggunakan pendeteksian microplate chemiluminescent, sehingga dapat mendeteksi semua tipe HPV risiko tinggi yang diduga terinfeksi HPV dalam tubuhnya. Teknik ini juga biasanya dilakukan setelah pemeriksaan menggunakan pap smear. Sampel cairan atau apusan dari serviks akan digunakan dalam teknik ini.

No comments: