Masalah infeksi telinga tidak melulu berkaitan dengan memanggil dokter, jadwal kunjungan dan penggunaan antibotik. Proses itu sudah menjadi semacam ritual yang seharusnya tidak perlu lagi dilakukan.
Direktur of Pediatric Otolaryngolgy, Sekolah Kedokteran John Hopkins dan Presiden Komite American Academy of Otolaryngology mengatakan, delapan dan sembilan tahun belakangan mencegah infeksi berdasarkan diagnosa. Cara itu dinilai bisa meminimalisir gejala secara cepat, dan tentu saja membuat anak-anak yang tidak mengkonsumsi antibiotik tetap menjalani pengobatan dengan baik, seperti dilaporkan Health Day, Senin (4/1).
"Berdasarkan aturan yang dikeluarkan American Academy of Pediatrics and the American Academy of Otolaryngology pada tahun 2004 lalu merekomendasikan sebuah program yang diberi nama "Opsi Observasi" dijalankan. Ini artinya, anak-anak berusia 2 tahun atau lebih, bisa diobservasi dalam periode waktu nan singkat sebelum diberikan antibiotik," tegasnya.
Berdasarkan catatan U.S. National Institutes of Health, penyakit infeksi telinga merupakan masalah yang kerap menimpa bayi yang baru lahir atau pun anak-anak di AS. Umumnya, 3 dari 4 anak-anak di AS, terkena infeksi telinga sebelum berumur 4 tahun.
Biasanya infeksi menyerang bagian tengah telinga atau yang sering disebut otitis. Otitis ini menyebabkan telinga mengeluarkan cairan yang berasal dari saluran tengah telinga anak.
Perdebatan pun lantas berkembang dimana sebagian kalangan medis mengalami silang pendapat. Ahli Pediatrik Otolarogis asal Universitas New York, Richard Rosenfeld mengatakan obervasi berbeda dengan arti tanpa pengobatan. Ketika rekomendasi observasi dijalankan sebelum pengobatan, dokter seharusnya mengirimkan "Jaminan" bila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Orang tua harus bertanya kepada dokter rentang jadwal observasi, biasanya antara satu atau tiga hari," tukasnya.
Pendapat itu segera dibantah Tunkel yang mengatakan observasi tidak bisa dijalankan pada setiap anak sekalipun mereka sehat atau berusia dua tahun atau lebih. Seperti misal, pada anak yang mengalami demam hingga memiliki suhu tubuh 102 F atau lebih maka sudah selaknya diobati."Kami bukannya bermaksud menghalangi penggunaan antibiotik pada anak," jelas Tunkel.
Sementara itu, British Journal BMJ pada Juli lalu mencatat infeksi telinga justru terjadi pada anak yang telah menjalani pengobatan dengan menggunakan anti biotik. Setelah 3 tahun, tulis BMJ, ditangani menggunakan anti biotik, 63% anak-anak yang menggunakan antibiotik jenis amoxcillin menderita infeksi telinga, sedangkan yang tidak menggunakan antibiotik hanya 43%nya yang terkena infeksi telinga.
Menyikapi laporan BMJ, Tunkel menyatakan, orang tua seharusnya bisa melihat hal itu bahwa anti biotik bukan pilihan utama. "Orang tua bisa saja melakukan tindakan yang meminimalisir penyebab resiko terjadinya infeksi. Seperti, berhenti merokok atau membersihkan kolam renang dari bakteri atau kuman," tuturnya.
No comments:
Post a Comment