Monday, May 9, 2011

Analisis Jabatan (bag 2)


Analisis jabatan atau job analytst diartikan dengan :
Systematically collects, evaluate, organize information about job. These action are usually done by speciallist called job analysts, who gather data abaout job.(William B.Werther,Jr dan Keith Davis, 126)1
Apabila diterjemahkan secara bebas adalah sebagai pengumpulan, penilaian, dan penyusunan informasi secara sistematis mengenai tugas-tugas dalam organisasi, yang biasanya dilakukan oleh seorang ahli yang disebut job analyst. Jadi dapat dikatakann bahwa analisis jabatan adalah usaha untuk mencari tahu tentang jabatan atau pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan dalam jabatan tersebut. Jabatan selalu melekat dengan orang yang melakukannya, juga dengan persyaratan yang diperlukan untuk melakukan tugas tersebut dan kondisi lingkungan di mana pekerjaan tersebut dilakukan.
Data yang dikumpulkan meliputi :
-          Tugas-tugas (duties)
-          Tanggung jawab (responbility)
-          Kemampuan manusia (human ability)
-          Standar unjuk kerja (performance standard)
Tugas-tugas mengacu pada berbagai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang dalam suatu jabatan. Tanggung jawab mengacu pada output keseluruhan pekerjaan atau kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka suatu pekerjaan. Kemampuan yang dibutuhkan mengacu pada spesifikasi keahlian yang dibutuhkan. Performance standard mengacu pada standar kerja yang dapat dipakai untuk mengevaluasi kinerja.
II.1 PRINSIP ANALISIS JABATAN
Kegiatan analisis jabatan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi. Dikatakan demikian karena berbagai tindakan dalam pengelolaan sumber daya manusia tergantung pada informasi tentang analisis pekerjaan yang telah dilakukan.
Analisis jabatan dilakukan sebab informasi tersebut dapat menjadi landasan untuk mencocokkan pekerjaan dengan petugas, untuk mengetahui beban kerja yang dilakukan, untuk mengetahui kemungkinan berbagai hambatan yang ditemui para pelaksana, dan menjadi landasan dalam pelaksanaan keseluruhan kegiatan manajemen sumber daya manusia dalam upaya memenuhi fungsinya. Teori manajemen sumber daya manusia memberi petunjuk bahwa ada paling sedikit 10 prinsip pengelolaan sumber daya manusia yang penyelenggaraannya dengan baik didasarkan pada informasi yang berhasil dikumpulkan dan diolah
Pertama: Informasi analisis jabatan memberikan gambaran tentang tantangan yang bersumber dari lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan para pekerja dalam suatu organisasi. Setelah memahami tugas-tugas seseorang yang didapat dari informasi analisis jabatan, akan dapat diprediksi apa yang menjadi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaannya. Misalnya dengan berkembangnya dunia medis, penggunaan teknologi canggih di laboratorium akan menjadi tantangan bagi para analis dikarenakan pekerjaan mereka akan segera diambil alih oleh mesin-mesin canggih tersebut. Salah satu implikasinya ialah di bidang pelatihan yang harus segera direncanakan dan dilaksanakan sehingga apabila tiba saatnya pekerjaan-pekerjaan tertentu digantikan oleh mesin canggih, para analis yang tadinya melakukan pekerjaan tersebut langsung dibekali keterampilan lain sehingga tetap diberikan kesempatan memberikan kontribusinya yang maksimum.
Kedua: Menghindari persyaratan kerja yang tidak dibutuhkan yang dapat menyebabkan diskriminasi dalam pekerjaan. Tidak dapat disangkal bahwa secara sadar atau tidak, terdapat organisasi yang menentukan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi padahal sesungguhnya tidak diperlukan. Secara eksplisit ditentukan berbagai persyaratan tertentu untuk menyingkirkan kelompok-kelompok tertentu. Ketentuan normatif ini dikeluarkan dikarenakan berbagai perusahaan dengan sengaja membuat persyaratan pekerjaan sedemikian rupa sehingga anggota kelompok masyarakat tertentu tersingkir karena tidak mungkin atau sangat sulit bagi mereka untuk memenuhi semua persyaratan yang ditentukan. Di masyarakat yang menganut paham demokrasi dan tidak mengenal perlakuan yang bersifat diskriminatif dalam bentuk apapun hal ini mungkin tidak menjadi masalah. Akantetapi para analis pekerjaan tetap harus mewaspadai situasi organisasi agar jangan sampai ada kebijaksanaan yang bernada diskriminatif, misalnya berdasarkan daerah, suku, jenis kelamin, latar belakang sosial, agama dan yang lainnya.
Ketiga: Analisis jabatan harus mampu menemukan elemen-elemen yang mendorong atau menghambat kualitas pekerjaan. Dewasa ini semakin disadari bahwa memperoleh pekerjaan yang layak bagi kehidupan manusia diakui sebagai salah satu hak asasi manusia. Memperoleh pekerjaan yang layak berarti memperoleh imbalan yang wajar dan perlakuan yang manusiawi di tempat bekerja. Diasumsikan bahwa bekerja bagi seseorang tidaklah sekedar memenuhi kebutuhan, dimana kebutuhan manusia itu kompleks termasuk didalamnya untuk mendapatkan gaji, pengembangan diri, pengakuan, dan kebutuhan sosial, sehingga seseorang bisa tidak puas dengan pekerjaan yang terlalu sederhana dan menginginkan tanggung jawab dan tantangan yang lebih besar. Dengan analisis jabatan akan diprediksi berbagai program yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja.
Keempat: Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Melalui informasi analisis jabatan akan diketahui apakah tugas-tugas yang dilakukan sekarang ini sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Ini bisa menjadi landasan untuk memprediksi tugas tambahan bilamana kegiatan usaha bertambah pada masa depaan dan untuk memprediksi atau menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kelima: Mencocokkan pelamar kerja dengan lowongan yang tersedia. Pengisian lowongan yang terjadi hanya dapat dilakukan dengan tepat apabila dua hal digabung secara tepat, yaitu di satu pihak mengetahui sifat dan bentuk pekerjaan atau jabatan yang dibutuhkan dan di pihak lain pemenuhan persyaratan yang telah ditentukan oleh pelamar. Informasi analisis jabatan akan dipakai untuk menentukan uraian tugas dan persyaratan jabatan. Ini menjadi suatu landasan yang sangat penting untuk melakukan rekrutmen dan seleksi pegawai. Dimana persyaratan pegawai tersebut menjadi petunjuk atau masukan yang sangat penting dalam melakukan seleksi.
Keenam: Analisis jabatan sangat membantu dalam menetukan kebijaksanaan dan program pelatihan baik untuk pegawai baru maupun yang sudah berpengalaman. Dengan diketahuinya tugas-tugas yang sudah dilakukan akan dapat ditentukan jenis pelatihan apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pegawai. Misalnya untuk pegawai baru (fresh graduate) yang baru saja menyelesaikan pendidikan formal, yang meskipun sudah dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu, program pelatihan yang dibutuhkan berupa pelatihan yang bersifat praktis dan berkaitan langsung dengan tugas pekerjaannya dikarenakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lembaga pendidikan itu masih bersifat teoritikal. Sedangkan pelatihan bagi pegawai yang sudah berpengalaman biasanya ada dua bentuk, yaitu :
-          Meningkatkan kemampuan melakukan pekerjaan sekarang
-          Sebagai persiapan melakukan tugas baru, baik sebagai akibat promosi, alih tugas maupun alih wilayah kerja.
Ketujuh: Menyusun rencana pengembangan potensi para pekerja. Dengan didapatkannya informasi mengenai tugas-tugas yang dilakukan dalam setiap jabatan, para pekerja yang berpotensi akan dapat ditentukan, diarahkan, dan dikembangkan untuk menduduki jabatan atau rencana karir yang lebih tinggi. Pengembangan itu beraneka ragam bentuknya. Teknik apapun yang digunakan, pengembangan itu harus mempunyai dua sasaran sekaligus, yaitu di satu pihak agar para pekerja semakin mampu memberikan kontribusinya demi kepentingan organisasi dilain pihak agar mutu pekerja semakin meningkat yang memungkinkan pekerja yang bersangkutan dapat memenuhi berbagai jenis kebutuhannya.
Kedelapan: Menentukan standar kerja yang realistis. Dari informasi analisis jabatan akan diketahui tugas-tugas apa yang dilakukan dalam waktu kerja dan tentu saja dapat dipakai sebagai landasan untuk menentukan standar kerja yang realistis, yaitu standar yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah untuk dicapai. Realisme menjadi lebih tepat ditonjolkan dibandingkan standar yang idealistik karena berbagai pertimbangan, antara lain:
-          Prestasi kerja berkaitan langsung dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai yang harus bersifat realistik pula;
-          Keterbatasan kemampuan organisasi memberikan imbalan dan balas jasa;
-          Kemampuan para anggota organisasi menjalankan fungsi dan melaksanakan pekerjaannya;
-          Memperhitungkan jenis pekerjaan yang dilakukan;
-          Kriteria pengukuran prestasi kerja mengingat ada jenis pekerjaan tertentu yang hasilnya mudah diukur, sukar diukur, dan bahkan ada pula  yang tidak bisa diukur.
Kesembilan: Menempatkan pekerja dalam jabatan di mana mereka dapat menggunakan keahlian mereka secara efektif. Melalui analisis jabatan dicari informasi tentang apakah keahlian yang mereka miliki sesuai atau tidak dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Informasi ini menjadi landasan bagi MSDM untuk menempatkan pekerja dalam jabatan yang membuat mereka menggunakan keahlian mereka secara efektif.
Kesepuluh: Memberikan kompensasi kepada pemegang jabatan secara adil. Sistem kompensasi atau penggajian yang adil berarti gaji yang diberikan sesuai dengan beban kerja dan keahlian. Dari informasi analisis jabatan akan diketahui beban kerja yang realistis dari setiap jabatan. Ini menjadi landasan untuk menentukan sistem gaji yang lebih tepat dan pemberian motivasi. Dalam hubungan ini kiranya wajar mendapat perhatian manajemen bahwa dalam menggunakan persepsinya tentang keadilan dalam sistem imbalan, para pekerja umumnya menggunakan tiga alat pembanding, yaitu :
-          Dirinya sendiri berdasarkan harapan-harapannya,
-          Dirinya sendiri dengan orang lain dalam organisasi,
-          Dirinya sendiri dengan orang lain di luar organisasi.

No comments: