Wednesday, December 8, 2010

Metode Pemeriksaan D-Dimer

   Pengukuran D-dimer dapat dilakukan dengan cara aglutinasi atau imunometrik menggunakan antibodi monoklonal spesifik terhadap D-dimer. Pada cara aglutinasi, plasma penderita yang mengandung D-dimer direaksikan dengan partikel latex yang dilapisi antibodi monoklonal spesifik terhadap D-dimer membentuk gumpalan. Penentuan titer D-dimer dilakukan dengan mengencerkan plasma dengan buffer lalu mencampurnya dengan partikel latex. Titer D-dimer adalah pengenceran plasma tertinggi yang masih menunjukkan gumpalan.

   Pengukuran secara imunometrik, plasma penderita yang mengandung D-dimer diteteskan pada suatu membran yang dilapisi antibodi monoklonal D-dimer dan kemudian ditambah konjugat yang mengandung partikel berwarna. Penentuan kadar D-dimer dilakukan dengan mengukur intensitas warna yang dihasilkan.
   Metode pemeriksaan D-dimer yang lebih cepat adalah immunoturbidimetri, enzyme linked fluorescence assay (ELFA; VIDASR), atau yang memakai darah lengkap (SimpliredR). Metode ini lebih sensitif dan hasilnya dapat dilaporkan secara kuantitatif. Metode Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA) yang memiliki keunggulan yaitu sensitivitas yang tinggi dan negative predictive value > 99% untuk eksklusi DVT dan PE.
   Metode ELISA klasik menggunakan microplate yang dianggap sebagai metode rujukan mempunyai sensitivitas 97% pada cut-off 500ng/mL tetapi spesifisitasnya berkisar antara 35-45%.
   Metode ELISA yang hasilnya dibaca dengan fluoresen (VIDASR) mempunyai sensitivitas 90-100% dan spesifisitasnya sekitar 40%.
   Metode aglutinasi lateks tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan penyaring untuk trombosis karena kurang sensitif.
   Penilaian klinis dan tes D-dimer direkomendasikan sebagai langkah pertama pemeriksaan pasien dengan dugaan tromboembolisme vena. Hal ini berperan untuk :
- Menghemat biaya selama di rumah sakit, karena dapat mencegah terapi dan prosedur imaging yang tidak diperlukan dan mengurangi lamanya masa perawatan di rumah sakit.
- Meningkatkan kenyamanan pasien, karena dapat mencegah risiko yang disebabkan prosedur invasif dan komplikasi perdarahan karena terapi antikoagulan yang tidak perlu.

No comments: