Tuesday, January 31, 2012

Leukemia Mielositik Akut


Leukimia mielositik akut adalah suatu kelainan neoplastik dari sel induk (stem cell) dan sel prekuorsor mielosit. Berdasarkan pengetahuan yang ada saat ini, degenerasi maligna sudah berlangsung sejak tingkat perkembangan yang sangat dini. Sel-sel memiliki suatu kemampuan tertentu untuk berdiferensiasi secara relatif tergantung dari subkelompoknya. Namun kemampuan ini umumnya tidak cukup untuk mencapai gambaran morfologik sel-sel darah normal. Oleh karena itu, terdapat suatu penghentian pematangan pada tingkat morfologi yang lebih dini.

Leukemia Mieloid (mielositik, mielogenous, mieloblastik, mielomonositik, LMA) Akut adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. Leukemia ini bisa menyerang segala usia, tetapi paling sering terjadi pada dewasa. Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
Diferensiasi dari leukimia mielositik akut terjadi pertama-tama sesuai secara morfologik dengan kriteria umum FAB. Selanjutnya dibantu sitokimia dan fenotipikasi imunologi pada penetapan berbagai subkelompok.
Pada tahun-tahun terakhir ditemukan beberapa aberasi sitogenetika yang mendefinisikan secara tepat subkelompoknya LMA. Definisi tersebut dibuat berdasarkan perubahan genetika molekuler yang standar. Kelainan yang didefinisikan sebagai leukimia mempunyai fenotif yang standar secara morfologik, sitokimia, dan imunologik dan dikarakterisasikan berdasarkan suatu homogenitas prognostik yang relatif hingga respon yang sama terhadap obat-obat tertentu. Mulai tampak bahwa klasifikasi leukimia mielositik akut lebih sering ditentukan berdasarkan kriteria genetika molekular.
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejalanya berupa :
-     Lemah
-     Sesak nafas
-     Infeksi
-     Perdarahan
-     Demam
-     Gejala lainnya adalah sakit kepala, muntah, gelisah dan nyeri tulang dan sendi.
Tujuan pengobatan adalah menghancurkan semua sel leukemik sehingga penyakit bisa dikendalikan. LMA hanya memberikan respon terhadap obat tertentu dan pengobatan seringkali membuat penderita lebih sakit sebelum mereka membaik. Penderita menjadi lebih sakit karena pengobatan menekan aktivitas sumsum  tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin sedikit (terutama granulosit) dan hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami infeksi. Mungkin diperlukan transfusi sel darah merah dan trombosit.
Pada kemoterapi awal biasanya diberikan sitarabin (selama 7 hari) dan daunorubisin (selama 3 hari). Kadang diberikan obat tambahan (misalnya tioguanin atau vinkristin) dan prednison. Setelah tercapai remisi, diberikan kemoterapi tambahan (kemoterapi konsolidasi) beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal. Biasanya tidak diperlukan pengobatan untuk otak. Pencangkokan tulang bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
Prognosis 50-85% penderita LMA memberikan respons yang baik terhadap pengobatan. 20-40% penderita tidak lagi menunjukkan tanda-tanda leukemia dalam waktu 5 tahun setelah pengobatan; angka ini meningkat menjadi 40-50% pada penderita yang menjalani pencangkokan sumsum tulang. Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang berusia diatas 50 tahun, penderita yang menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran untuk penyakit lain. 

No comments: