Wednesday, January 11, 2012

Leukemia


Leukemia adalah penyakit yang dianggap mengancam nyawa. Hal ini membutuhkan intervensi penanganan yang cepat ketika ditemukan, dalam rangka untuk memaksimalkan peluang pemulihan melalui perawatan dan terapi khusus. Leukemia pada dasarnya adalah jenis kanker sumsum tulang dan darah, yang disebabkan oleh proses maligna dari jaringan pembuat darah dimana sel mengalami proliferasi patologis, sel mengalami mitosis (pembelahan sel) yang tidak terkendali. Proliferasi patologis ini bersifat tanpa tujuan (bukan kompensasi apapun), irreversible, dan tidak diketahui etiologinya.

Penyakit ini dapat bentuk yang berbeda, sesuai dengan jenis sel darah yang menyebabkan perkembangannya. Jenis leukemia ada dua yakni ada yang berkembang pesat, disebut leukemia akut, sedangkan jika penyakit ini berkembang perlahan-lahan, disebut sebagai leukemia kronis.
Walaupun penyebab langsung dari leukemia tidak diketahui, predisposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan (Baldy, 2006). Diduga hal ini dapat disebabkan oleh interaksi sejumlah faktor, diantaranya 1) Neoplasia; 2) Infeksi; 3) Radiasi; 4) Keturunan; 5) Zat kimia; dan 6) Perubahan kromosom (Hoffbrand and Petit, 1996).
Pada saat ini, ilmu kedokteran tidak dapat menentukan penyebab leukemia tertentu. Namun, hubungan yang kuat antara faktor-faktor genetik tertentu dan perkembangan penyakit tersebut telah terungkap. Penyebab leukemia bisa karena memiliki karakter turun-temurun, sehingga memungkinkan transmisi kecenderungan penyakit genetik dari satu generasi ke generasi lain. Meskipun banyak faktor yang diketahui untuk berkontribusi pada pengembangan leukemia, mereka sendiri tidak dapat dianggap sebagai penyebab leukemia.
Di antara faktor-faktor genetik yang dianggap sebagai penyebab leukemia, yang berikut dianggap yang paling penting :
-     Kelainan kromosom – sindrom genetik langka diketahui berkontribusi menyebabkan leukemia;
-     Sistem kekebalan masalah genetika – sistem kekebalan tubuh yang lemah sangat mungkin untuk memfasilitasi terjadinya leukemia dan karenanya dapat dianggap sebagai penyebab leukemia;
-     Down syndrome – anak yang lahir dengan sindrom ini memiliki risiko yang sangat tinggi berkembang leukemia akut
Terlepas dari kenyataan bahwa statistik menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari penyakit ini pada orang-orang yang terpapar pada beberapa faktor lingkungan risiko, leukemia tampaknya tidak disebabkan oleh tidak satu pun dari mereka secara khusus. Di antara faktor-faktor lingkungan yang dianggap penyebab leukemia,  berikut adalah beberapa dari yang paling masuk akal:
-       Merokok – merokok adalah pemikiran untuk meningkatkan kemungkinan terpengaruh oleh leukemia. Walaupun statistik menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari kasus-kasus leukemia akut yang berkaitan dengan rokok, leukemia juga terjadi kepada orang-orang yang tidak merokok dan karena itu tidak dapat dianggap sebagai penyebab leukemia pada dirinya sendiri;
-       Paparan Radiasi dalam jangka waktu lama – radiasi dianggap untuk memfasilitasi pengembangan leukemia. Diyakini bahwa paparan sinar-X bisa menjadi penyebab leukemia;
-       Paparan Benzena yang berkepanjangan – statistik mengungkapkan bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam beberapa bentuk leukemia, seperti myelogenous leukemia;
-       Kemoterapi dan perawatan kanker – perawatan kanker sebelumnya dan kemoterapi dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan perkembangan leukemia dan masuk akal jika dapat dianggap sebagai penyebab leukemia. Dalam beberapa tahun dari selesainya kemoterapi dan perawatan lain untuk beberapa jenis kanker, kebanyakan dapat berkembang menjadi leukemia.
Daftar kemungkinan penyebab kanker darah dapat berkembang lebih jauh, tetapi ini adalah faktor yang paling umum dianggap saling berkaitan dengan leukemia.
Di masa depan, berkat kemajuan medis, kita mungkin akan mampu mencegah leukemia dan jenis-jenis kanker lainnya. Misalnya deteksi kromosom Philadelphia yang merupakan indikator diagnosis dan prognosis pada leukemia dapat diperiksa secara kromosomal maupun molekuler. Dengan berkembangnya teknik-teknik baru ini, aplikasi sitogenetika dan genetika molekuler dalam klinik menjadi semakin luas. Di negara-negara maju dimana faktor biaya tidak merupakan masalah besar, untuk diagnosis leukemia para dokter dan ahli laboratorium  lebih menyukai dengan teknik-teknik molekuler atau FISH karena lebih cepat dan tepat. Namun di Indonesia sitogenetika masih cukup akurat dan terjangkau biayanya asal dikerjakan oleh ahli sitogenetika yang berpengalaman.
 Pemeriksaan pada tingkat kromosomal dan DNA dapat membantu untuk mendeteksi penyebab penyakit tertentu, diagnosis yang lebih tepat dan cepat, membantu menentukan prognosis, pencegahan penyakit, mengetahui kerentanan seseorang terhadap penyakit atau mengetahui adanya faktor-faktor risiko untuk timbulnya suatu penyakit, dan belakangan ini, untuk penerapan teknik-teknik pengobatan secara kimiawi (pharmacogenetics) maupun terapi gen (gene therapy)

No comments: