Leukemia
adalah penyakit yang dianggap mengancam nyawa. Hal ini membutuhkan intervensi
penanganan yang cepat ketika ditemukan, dalam rangka untuk memaksimalkan
peluang pemulihan melalui perawatan dan terapi khusus. Leukemia pada dasarnya
adalah jenis kanker sumsum tulang dan darah, yang disebabkan oleh proses
maligna dari jaringan pembuat darah dimana sel mengalami proliferasi patologis,
sel mengalami mitosis (pembelahan sel) yang tidak terkendali. Proliferasi
patologis ini bersifat tanpa tujuan (bukan kompensasi apapun), irreversible, dan tidak diketahui
etiologinya.
Penyakit ini
dapat bentuk yang berbeda, sesuai dengan jenis sel darah yang menyebabkan
perkembangannya. Jenis leukemia ada dua yakni ada yang berkembang pesat,
disebut leukemia akut, sedangkan jika penyakit ini berkembang perlahan-lahan,
disebut sebagai leukemia kronis.
Walaupun penyebab langsung dari leukemia tidak diketahui,
predisposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan
peranan (Baldy, 2006). Diduga hal ini dapat disebabkan oleh interaksi sejumlah
faktor, diantaranya 1) Neoplasia; 2) Infeksi; 3) Radiasi; 4) Keturunan;
5) Zat kimia; dan 6) Perubahan kromosom (Hoffbrand and Petit, 1996).
Pada saat
ini, ilmu kedokteran tidak dapat menentukan penyebab leukemia tertentu. Namun,
hubungan yang kuat antara faktor-faktor genetik tertentu dan perkembangan
penyakit tersebut telah terungkap. Penyebab leukemia bisa karena memiliki
karakter turun-temurun, sehingga memungkinkan transmisi kecenderungan penyakit
genetik dari satu generasi ke generasi lain. Meskipun banyak faktor yang
diketahui untuk berkontribusi pada pengembangan leukemia, mereka sendiri tidak
dapat dianggap sebagai penyebab leukemia.
Di antara
faktor-faktor genetik yang dianggap sebagai penyebab leukemia, yang berikut
dianggap yang paling penting :
-
Kelainan
kromosom – sindrom genetik langka diketahui
berkontribusi menyebabkan leukemia;
-
Sistem
kekebalan masalah genetika – sistem
kekebalan tubuh yang lemah sangat mungkin untuk memfasilitasi terjadinya
leukemia dan karenanya dapat dianggap sebagai penyebab leukemia;
-
Down
syndrome – anak yang lahir dengan sindrom
ini memiliki risiko yang sangat tinggi berkembang leukemia akut
Terlepas
dari kenyataan bahwa statistik menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari
penyakit ini pada orang-orang yang terpapar pada beberapa faktor lingkungan
risiko, leukemia tampaknya tidak disebabkan oleh tidak satu pun dari mereka
secara khusus. Di antara faktor-faktor lingkungan yang dianggap penyebab
leukemia, berikut adalah beberapa dari
yang paling masuk akal:
-
Merokok – merokok adalah pemikiran untuk meningkatkan
kemungkinan terpengaruh oleh leukemia. Walaupun statistik menunjukkan bahwa
sekitar 20 persen dari kasus-kasus leukemia akut yang berkaitan dengan rokok,
leukemia juga terjadi kepada orang-orang yang tidak merokok dan karena itu
tidak dapat dianggap sebagai penyebab leukemia pada dirinya sendiri;
-
Paparan
Radiasi dalam jangka waktu lama – radiasi
dianggap untuk memfasilitasi pengembangan leukemia. Diyakini bahwa paparan
sinar-X bisa menjadi penyebab leukemia;
-
Paparan
Benzena yang berkepanjangan – statistik
mengungkapkan bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam beberapa bentuk
leukemia, seperti myelogenous leukemia;
-
Kemoterapi
dan perawatan kanker – perawatan
kanker sebelumnya dan kemoterapi dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan
perkembangan leukemia dan masuk akal jika dapat dianggap sebagai penyebab
leukemia. Dalam beberapa tahun dari selesainya kemoterapi dan perawatan lain
untuk beberapa jenis kanker, kebanyakan dapat berkembang menjadi leukemia.
Daftar
kemungkinan penyebab kanker darah dapat berkembang lebih jauh, tetapi ini
adalah faktor yang paling umum dianggap saling berkaitan dengan leukemia.
Di masa
depan, berkat kemajuan medis, kita mungkin akan mampu mencegah leukemia dan
jenis-jenis kanker lainnya. Misalnya deteksi kromosom Philadelphia yang
merupakan indikator diagnosis dan prognosis pada leukemia dapat diperiksa
secara kromosomal maupun molekuler. Dengan berkembangnya teknik-teknik baru
ini, aplikasi sitogenetika dan genetika molekuler dalam klinik menjadi semakin
luas. Di negara-negara maju dimana faktor biaya tidak merupakan masalah besar,
untuk diagnosis leukemia para dokter dan ahli laboratorium lebih menyukai
dengan teknik-teknik molekuler atau FISH karena lebih cepat dan tepat. Namun di
Indonesia sitogenetika masih cukup akurat dan terjangkau biayanya asal
dikerjakan oleh ahli sitogenetika yang berpengalaman.
Pemeriksaan pada tingkat kromosomal dan DNA
dapat membantu untuk mendeteksi penyebab penyakit tertentu, diagnosis yang
lebih tepat dan cepat, membantu menentukan prognosis, pencegahan penyakit,
mengetahui kerentanan seseorang terhadap penyakit atau mengetahui adanya
faktor-faktor risiko untuk timbulnya suatu penyakit, dan belakangan ini, untuk
penerapan teknik-teknik pengobatan secara kimiawi (pharmacogenetics) maupun
terapi gen (gene therapy)
No comments:
Post a Comment