Zat besi (Fe) terdapat pada seluruh
sel tubuh kira-kira 40-50mg/kg berat badan.
Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat
dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk
anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau
reduksi. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe esensial, dan 30% merupakan Fe yang nonesensial.
Fe esensial ini terdapat pada :
1. Hemoglobin 66 %
2. Mioglobin 3 %
3. Enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer
elektron misalnya sitokrom oksidase, suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase
sebanyak 0,5%
4. Pada transferin 0,1 %.
Fe nonesensial
terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin sebanyak 25 %,
dan pada parenkim jaringan kira-kira 5 %.
Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung dan kuning telur. Jumlahnya
lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan. Sedangkan non heme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran
hijau, buah-buahan dan sereal.
Susu
dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah.
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Umur, jenis kelamin dan volume darah dalam tubuh dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun
keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula.
Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi
disebabkan oleh pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5gram besi, sedang
dewasa kira-kira 5gram, untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8gram besi
harus diabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping
kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan
kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel. Karena itu untuk mempertahankan
keseimbangan besi positif pada anak, kira-kira 1mg besi harus diabsorbsi.
Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus,
terutama di duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan
akan semakin berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :
1. Penyerapan dalam
bentuk non heme ( + 90 % berasal dari makanan)
Zat besi dalam
makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa kompleks senyawa
besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino dan
vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ).
Bentuk fero
diabsorpsi oleh sel mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi
menjadi feri yang selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin.
Bentuk ini akan dilepaskan ke peredaran darah setelah mengalami reduksi menjadi
fero dan di dalam plasma ion fero direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan
dengan 1 globulin membentuk transferin. Transferin berfungsi mengangkut besi
untuk didistribusikan ke hepar, limpa, sumsum tulang serta jaringan lain untuk
disimpan sebagai cadangan besi tubuh.
Di sumsum tulang
sebagian besi dilepaskan ke dalam retikulosit yang akan bersenyawa dengan
porfirin membentuk heme. Persenyawaan globulin dengan heme membentuk
hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami degradasi menjadi
biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus
seperti di atas.
2. Penyerapan dalam
bentuk heme ( + 10 % dari makanan)
Besi
heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan enzim
proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel mukosa
usus secara utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri dan
porfirin. Ion feri akan mengalami siklus seperti di atas.
Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Heme-iron akan
lebih mudah diserap dibandingkan non
heme-iron
2. Ferro lebih
mudah diserap daripada ferri
3. Asam lambung akan
membantu penyerapan besi
4. Absorbsi besi
dihambat kompleks phytate dan fosfat
5. Bayi dan anak-anak
mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena proses pertumbuhan
6. Absorbsi akan
diperbesar oleh protein, asam askorbat dan asam
organik tertentu
Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah
kecepatan absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin
dalam tempat cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi
besi dari traktus intestinal akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila
tempat penyimpanan besi itu kehabisan besi, maka kecepatan absorbsinya akan
sangat dipercepat.
Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang bersifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah
hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding
feritin. Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum tulang.
Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan homeostasis besi dalam
tubuh.
No comments:
Post a Comment