Gambar ini menjelaskan bahwa proses manajemen
pelatihan dimulai dengan analisis, yaitu analisis kebutuhan (need analysis) terhadap hal-hal yang
akan menjadi objek pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan desain program
pelatihan, yaitu langkah mendesain program-program pelatihan. Tahapan berikutnya adalah
pelaksanaan dan penerapan, yaitu proses pelaksanaan dan Penerapan
program-program pelatihan. Kemudian diakhiri dengan evaluasi yaitu tahap untuk memberikan penilaian dan analisa
pengembangan. Pada setiap tahapan tersebut akan ada proses umpan balik, yang
bertujuan untuk mengontrol efektivitas pelaksanaan dan proses pelatihan.
Perencanaan
pelatihan pada hakekatnya adalah proses menyusun rancangan program pelatihan,
yaitu proses menyiapkan berbagai hal mengenai persiapan pelatihan. Secara umum menurut Faustino Cardoso Gomes
(2000:204) mengemukakan ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian
kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah
lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca
pelatihan.
Dari tiga tahap atau fase
tersebut, mengandung langkah-langkah pengembangan program pelatihan.
Langkah-langkah yang umum digunakan dalam pengembangan program pelatihan,
seperti dikemukakan oleh William B. Werther (1989:287) yang pada prinsipnya
meliputi (l) need assessment; (2)
training and development objective; (3) program content; (4) learning
principles; (5) actual program-, (b) skill knowledge ability of works; dan (7)
evaluation.
Pendapat ini sesuai dengan
yang dikemukakan Simamora (1997:360) yang menyebutkan delapan langkah pelatihan
yaitu : (1). Tahap penilaian kebutuhan dan sumber daya untuk
pelatihan; (2) mengidentifikasi sasaran-sasaran pelatihan; (3) menyusun
kriteria; (4) pre-tes terhadap pemagang (5) memilih teknik pelatihan dan
prinsip-prinsip proses belajar; (b) melaksanakan pelatihan; (7) memantau
pelatihan; dan (8) membandingkan hasil-hasil pelatihan terhadap
kriteria-kriteria yang digunakan.
Tidak jarang
pelatihan yang diberikan perusahaan berulang kali kepada para
karyawannya tidak memberikan manfaat yang maksimum. Pengembangan kinerja
sumberdaya manusia dan perusahaan sepertinya jalan di tempat. Yang diperoleh
karyawan hanyalah selembar piagam keikutsertaan dalam pelatihan. Lalu piagam
tersebut dipajang di dinding rumah atau ruang kantornya. Hal ini terjadi karena
perusahaan tidak memiliki strategi pelatihan yang jelas dan terarah.
Pelatihan bagi
karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu
serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya
dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada
pengembangan ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan
dengan segera. Dalam hal ini manfaat finansial bagi perusahaan biasanya terjadi
dengan cepat. Sementara itu pendidikan memberikan pengetahuan tentang subyek
tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka waktu
yang jauh lebih panjang. Di sisi lain, pengembangan memiliki ruang lingkup
lebih luas. Dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan
segera atau sering untuk kepentingan di masa depan. Pengembangan sering
dikategorikan secara ekspisit dalam pengembangan manajemen, organisasi, dan
pengembangan individu karyawan. Penekanan lebih pokok adalah pada pengembangan
manajemen. Dengan kata lain, fokusnya tidak pada pekerjaan kini dan mendatang,
tetapi lebih pada penemuan kebutuhan perusahaan jangka panjang.
Jika di suatu
perusahaan, beberapa manajernya diajarkan penggunaan Lotus 123 untuk mengelola
anggaran perusahaan, hal itu disebut proses latihan. Jika manajer yang sama
mengambil kursus dalam teori sistem umum dan sistem informasi manajemen serta
manajemen kepemimpinan untuk membantu perusahaan agar perkembangannya lebih
efisien dan lebih efektif dalam jangka panjang, maka upaya perusahaan tersebut
lebih tepat disebut sebagai kegiatan pengembangan.
Istilah
pelatihan merujuk pada struktur total dari program di dalam dan luar
pekerjaan karyawan yang dimanfaatkan perusahaan dalam mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan, utamanya untuk kinerja pekerjaan dan promosi
karir. Pengembangan manjemen merujuk pada program pelatihan dan pengembangan
untuk penyelia dan manajer dan sering tidak termasuk untuk profesional (seperti
ahli mesin, sales, dan akuntan), karyawan operasional terlatih (seperti juru
gambar, pembuat perkakas, dan ahli tata buku), tenaga semi dan tak terlatih
khususnya (seperti pengepak barang, pengeolah tanah, pemelihara kebun, dan
penyadap karet).
Michael R. Carrel
dan Robert D. Hatfield (1995) dalam Mangkuprawira, 2003 menyatakan,
“ekonom ketenagakerjaan membagi program pelatihan menjadi dua, yaitu program
pelatihan umum dan spesifik”. Pelatihan umum merupakan pelatihan di mana
karyawan memperoleh keterampilan yang dapat dipakai di hampir semua jenis
pekerjaan. Pendidikan karyawan meliputi keahlian dasar yang biasanya merupakan
syarat kualifikasi pemenuhan pelatihan umum. Misalnya, bagaimana belajar untuk
memeperbaiki kemampuan menulis dan membaca serta memimpin rapat akan bermanfaat
bagi setiap penguasaha, siapa pun yang secara individu dapat mengerjakannya.
Sementara pelatihan khusus merupakan pelatihan di mana para karyawan memperoleh
informasi dan ketrampilan yang sudah siap pakai, khususnya pada bidang
pekerjaannya. Pelatihan khusus, misalnya,berupa hal pelajaran spesifik bagimana
sistem anggaran perusahaan khususnya dapat berjalan. Karena tiap perusahaan
memiliki sistem anggaran tersendiri, pelatihan ini secara langsung bermanfaat
hanya bagi karyawan yang sudah ada.
Setiap sistem
pelatihan yang bermakna harus terintegrasi dengan strategi SDM dalam
perusahaan jika ingin hal itu terlaksana secara efektif. Contohnya, integrasi
dengan hal penilaian kerja, promosi, atau sistem pembayaran upah/gaji.
Integrasi ini membantu pula untuk meyakinkan bahwa bantuan strategi
pengembangan akan mendukung strategi personil lainnya.
Apa saja maksud
umum dari program-program pelatihan untuk para karyawan di lingkungan manjerial
dan lingkungan terdepan? Menurut Michael R. Carrell et al (1995), ada
tujuh maksud utama program pelatihan dan pengembangan, yaitu memperbaiki
kinerja, meningkatkan ketrampilan karyawan, menghindari keusangan manajerial,
memecahkan permasalahan, orientasi karyawan baru, persiapan promosi dan
keberhasilan manajerial, dan memberi kepuasan untuk kebutuhan pengembangan
personal. Sehubungan dengan itu, uraian tentang pelatihan dan pengembangan
secara eksplisit tidak dipisahkan. Keduanya diuraikan menyatu karena keduanya
sangat saling mengait. Pada dasarnya pelatihan itu sendiri merupakan bentuk
pengembangan SDM.
Pelatihan
berbasis kompetensi diperlukan karena secara tradisi atau konvensional
pelatihan yang selama ini terjadi hanya menghasilkan peserta pelatihan
yang hanya memiliki pengetahuan apa yang harus dilakukannya. Sementara
model yang berbasis kompetensi, peserta setelah selesai mengikuti pelatihan
diharapkan tidak saja sekedar tahu tetapi juga dapat melakukan sesuatu
yang harus dikerjakan.
Dalam sistem berbasis kompetensi, pelatihan untuk karyawan difokuskan pada
kinerja aktual khususnya kinerja organisasi. Latar belakangnya adalah karena
semakin tingginya tuntutan dalam perbaikan manajemen kinerja dan pengukurannya
yang lebih efektif. Sistem ini ada yang berorientasi pada standar yang
dilakukan industri. Ada juga yang berorientasi pada kinerja unggul yang
dikaitkan dengan ketrampilan lunak dan kompetensi lunak. Sementara dalam model
pelatihan tradisional setiap peserta akan mengikuti pelatihan yang sudah
dirancang. Kemudian agar supaya kinerja pembelajaran dapat diketahui maka
peserta melakukan pre dan post test yang sudah dirancang. Setelah selesai
pelatihan para peserta akan mendapat sertifikat atau piagam.
Dalam sistem pelatihan berbasis kompetensi tahap awal yang harus dirumuskan
adalah fungsi-fungsi apa yang harus dilakukan karyawan dengan baik. Dari uraian
tersebut maka suatu pelatihan dirancang agar peserta/karyawan dapat menjalankan
fungsinya sesuai standar. Selain agar karyawan dapat berfungsi dengan baik maka
mereka dapat belajar di tempat kerja atau dengan sarana lain. Setelah itu peserta
pelatihan akan mendapat pengakuan kemampuan mengerjakan fungsi-fungsi standar
berupa sertifikasi.
No comments:
Post a Comment